Berita Gaza Terkini 15 Juli 2014 - Sebelumnya pihak Gedung Putih mengkritik serangan Israel, karena mengakibatkan banyak warga sipil di Gaza terbunuh. Lembaga dunia PBB, dan para pengawas Hak Asasi Manusia (HAM) pun turut menentang tindakan tersebut.
Sayangnya, Amerika Serikat (AS) sempat berhenti memprotes sikap Israel, dan mengatakan, pemerintah Israel juga mempunyai "hak" dan "tanggung jawab" untuk membela warganya dari serangan roket Hamas. Sampai hari ketujuh, serangan udara Israel telah menewaskan 177 orang di jalur Gaza. Maka dari itu, beberapa pihak mengangga, gencatan senjata harus segera dilakukan. Para menteri luar negeri Arab, akan mengadakan pertemuan darurat di Kairo, Mesir, untuk membahas perdamaian antara keduanya.
Meski begitu, pihak Hamas belum melihat adanya kesepakatan serius, yang mampu mengakhiri kekerasan di Gaza. "Pembicaraan tentang gencatan senjata memerlukan upaya nyata dan serius, kita belum melihat sejauh ini," kata Mushir al-Masri dari Hamas, seperti dikutip dari Ahram Online, (15/7).
Menurutnya, Setiap gencatan senjata harus didasarkan pada kondisi yang telah diputuskan. "Bila Tak ada yang kurang dari keputusan itu, maka akan diterima," tambah Mushir. Sedangkan, pihak Israel tak siap menyetujui gencatan senjata.
Israel telah melancarkan serangan-udara berskala luas yang disebut Operation Protective Edge. Tujuh warga sipil Palestina tewas dalam serangan-udara di Kota Khan Younis, bagian selatan Jalur Gaza, Palestina tersebut. Ashraf Al-Qedra, Juru Bicara Kementerian Kesehatan di Jalur Gaza mengatakan, ketujuh warga sipil --tiga perempuan dan empat anak kecil-- meninggal akibat serangan-udara gencar Israel terhadap tiga rumah di kota kecil tersebut.
Berikut adalah beberapa gambar atau photo yang bisa di abadikan oleh salah stu wartawan di Gaza
“Korban jiwa Palestina dalam Operation Protective Edge Israel itu, yang dimulai pada Selasa (8/7), telah bertambah jadi 68 dan lebih dari 400 orang lagi cedera,” tulis Xinhua yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis pagi, 10 Juli 2014.
Perdana Menteri Israel, benjamin Netanyahu, belum memastikan, kapan akan menghentikan serangannya ke jalur Gaza, Palestina. Ia mengatakan hal tersebut kepada para menteri. Melansir Al Jazeera, sebenarnya Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), John Kerry telah menelepon Netanyahu, untuk menawarkan bantuan, sebagai penengah dalam gencatan senjata. "Tampaknya AS khawatir, tentang meningkatnya ketegangan di lapangan," kata seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri, Senin (14/7).
Demi menghentikan serangan roket yang mengakibatkan korban warga sipil, Kerry juga mengatakan, ia akan melibatkan para pemimpin regional. Hanya saja, belum ada penjelasan lebih rinci mengenai hal itu. Pihak Palestina pun berusaha menyelesaikan permasalahan ini. Rencananya Presiden Palestina, Mahmoud Abbas bakal meminta Sekjen PBB, Ban Ki-moon, agar menempatkan negara Palestina di bawah sistem perlindungan internasional PBB, demi mengatasi kekerasan di Gaza.
Solidaritas untuk Gaza, memang terus mengalir dari seluruh dunia. Paus Franciskus bahkan mengimbau kepada para pemimpin dunia, agar terus berdoa, serta membantu diplomasi untuk menghentikan pertumpahan darah. Kabarnya, Menteri Luar Negeri Jerman dan Italia, tengah bersiap ke wilayah tersebut, dan turut mengupayakan gencatan senjata.
Demi mendukung Gaza, di Paris, ribuan orang berunjukrasa memprotes tindakan Israel. Di Hongkong, India, Jakarta, dan kawasan asia lainnya pun aksi mendukung Gaza pun digelar. Sebanyak 3.000 warga Australia juga ikut mengutuk perbuatan Israel.