Menteri dan Kabinet Jokowi - Sejumlah elite parpol berkumpul di kediaman Ketua Umum Partai Nasdem, Senin (28/7/2014). Apakah mereka membahas susunan kabinet Jokowi-JK?
Presiden terpilih Jokowi menyambangi rumah Surya Paloh dalam rangka menghadiri kegiatan halal bihalal. Kedatangannya langsung disambut hangat oleh bos Media Group ini.
Jokowi datang pukul 20.08 WIB ke kediaman Surya Paloh di l. Permata Berlian No. R/20, Permata Hijau, Jakarta Barat. Jokowi didampingi oleh sang istri, Iriana Widodo, dan putrinya, Kahiyang Ayu
Bukan hanya Jokowi dan keluarganya yang datang di rumah Surya Paloh. Beberapa tokoh lain juga terlihat datang seperti wapres terpilih Jusuf Kalla (JK) yang hadir lebih awal, politikus Nasdem Ferry Mursyidan Baldan, Ketua Bapilu Puan Maharani, mantan Kepala BIN Hendro Purnomo, Ketua DPD Irman Gusman, dan artis senior Christine Hakim.
Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, pun juga hadir dalam acara ini. Mereka langsung berkumpul dalam satu meja makan bundar untuk santap malam bersama dan berbicara.
Sebelumnya, para tokoh ini juga telah bertemu dalam open house di rumah Megawati, Jl. Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, Senin pagi. Meski beredar isu ada pembicaraan tentang calon menteri kabinet, sebagian tokoh mengatakan pertemuan itu hanya silaturahmi biasa.
Presiden RI terpilih Joko Widodo mulai menjaring calon menteri dengan melibatkan khalayak ramai. Caranya, Gubernur DKI Jakarta itu menyusun 34 pos kementerian, lalu mencantumkan nama tiga kandidat menteri pada masing-masing kementerian.
Nama-nama ini diumumkan melalui sosial media untuk dipilih para netizen dalam format poling digital. Selain nama yang sudah tercantum, warga dibolehkan pula mengusulkan nama kandidat menteri disukainya.
Berdasarkan aplikasi yang dipublikasi Jokowi Center, usulan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) antara lain: Abdul Kadir Karding, S.Pi, M.Si; Dra. Khofifah Indar Parawansa; Nusron Wahid, SS.
Syarat Menteri Agama di Kabinet Jokowi-JK
"Jabatan menteri agama sangat krusial mengingat kompleksitas keberagaman di Indonesia saat ini," ujar Poempida pada Tempo, Sabtu 26 Juli 2014. Tantangan yang dihadapi dalam penunjukan jabatan itu, kata Poempida, ada dua kelompok keagamaan yang besar di Indonesia. (Baca:
Diusulkan Jadi Calon Menkominfo, Ini Kata Nezar Patria)
Apabila menunjuk seseorang yang berasal dari kalangan Nahdliyin, maka ia dituntut mampu berdialog baik dengan warga Muhammadiyah, demikian sebaliknya. Selain itu, kata Poempida, harus mampu mengayomi kelompok agama lain di luar dua kelompok agama mayoritas di Indonesia tersebut. (Baca: Buru Calon Menteri, Jokowi Bentuk Tim Headhunter)
Kriteria lain yang harus ada, kata politikus muda Partai Golongan Karya ini, kandidat menteri harus memiliki rekam jejak yang baik sebelumnya. "Tak pernah terkait kasus korupsi, jadi hal pertama yang harus dipenuhi," ujar Poempida. Integritas dan kredibilitas calon pengisi jabatan Menteri Agama juga menjadi pertimbangan utama sehingga dihormati oleh semua kelompok agama di Indonesia.
Indonesia kerap menjumpai permasalahan seputar keagamaan yang sensitif. Belum selesai berbicara soal Ahmadiyah, Indonesia kembali dihadapkan persoalan ISIS dan Baha'i. ISIS adalah gerakan Negara Islam Irak dan Suriah yang berencana mengembangkan sistem kekhalifahan Islam.
Sementara itu, Baha'i diklaim sebagai agama monoteistik yang berasal dari Persia. Ajaran agama ini diklaim berkembang di Indonesia tahun 1878. Dengan kondisi seperti ini, kata Poempida, sangat penting memiliki menteri agama yang mampu merangkul semua kelompok agama yang berkembang di Indonesia sehingga konflik dapat diatasi dengan baik.
Namun, kata Poempida, kewenangan menunjuk calon pengisi jabatan menteri dalam kabinet mendatang berada di tangan Jokowi-JK. Ia berharap kabinet yang dirancang oleh Presiden dan Wakil Presiden terpilih tersebut dapat mengemban amanah rakyat. Ia optimistis Jokowi-JK dapat membentuk kabinet yang efektif untuk pemerintahan mendatang.